Teknologi Modifikasi Cuaca

Modifikasi cuaca diartikan sebagai metode modifikasi awan secara buatan dengan usaha manusia. Pembuatan hujan telah dilakukan oleh orang - orang primitif zaman dahulu. Pada zaman dahulu, pembuatan hujan masih merupakan ilmu fiktif. Orang - orang primitif bisa membuat hujan melalui mantra, jampi-jampi, tari - tarian, serta berbagai macam upacara agama atau adat dengan doa - doa kepada tuhan atau dewa. Akan tetapi, pada zaman sekarang ini, pembuatan hujan bukanlah sebuah hal yang fiktif karena orang - orang saat ini berusaha membuat hujan berdasarkan ilmiah.

Modifikasi Cuaca

Hujan buatan yang disebut secara umum dengan istilah modifikasi cuaca telah mulai dikembangkan sejak perang dunia kedua yang pada waktu itu bertujuan untuk perang. Negara Amerika sudah mempraktekkan teknik modifikasi cuaca di atas Negara Vietnam dengan cara mendatangkan hujan yang sangat lebat. Pada waktu terjadinya perang Vietnam, pesawat Amerika menjatuhkan bom - bom kecil yang berisi kristal - kristal perak Iodida (AgI) pada awan yang mengakibatkan hujan tambahan sekitar 30%. Modifikasi cuaca yang dilakukan manusia pada waktu sekarang ini bukan bertujuan untuk perang melainkan untuk tujuan penelitian dan operasional. Untuk tujuan penelitian, modifikasi cuaca sudah banyak dilakukan oleh negara - negara maju seperti Australia, Amerika, dan negara - negara Eropa. Di kawasan Asia, seperti negara Thailand telah mencoba melakukan percobaan hujan buatan sejak tahun 1968 yang pada beberapa tahun belakangan ini telah sampai pada taraf International. Di negara Indonesia percobaan hujan buatan telah dimulai pada tahun 1977 di daerah Bogor dan Solo oleh Proyek percobaan Hujan Buatan, BPPT.

Pembuatan hujan berdasarkan pada penyelidikan dasar - dasar dari fisika awan yang tidak dapat diterapkan dengan tepat di dalam atmosfer, karena kesulitan - kesulitan untuk memprediksinya. Kesulitan lain yang timbul yaitu dalam proses manipulasinya dimana ketika kita tidak bisa membedakannya dengan proses - proses alam yang akan terjadi. Pada negara - negara beriklim dingin biasanya digunakan bahan kimia perak Iodida (AgI) dan es kering atau CO2 padat, tepung urea, dan lain - lain. Percobaan hujan buatan dengan menggunakan AgI telah banyak dicoba pada negara - negara maju. Percobaan dengan NaCl belum banyak dipraktekkan saat ini. Hal tersebut dikarenakan bahwa negara - negara beriklim dingin belum banyak yang menggarapnya, karena memang kurang berkepentingan bagi mereka mengingat awan - awan yang terdapat di negara tersebut pada umumnya awan dingin. 

Pembuatan hujan di Indonesia dilakukan mengingat variasi curah hujan diwilayah ini cukup besar, disamping itu di beberapa daerah yang jumlah curah hujannya kecil. Kita tidak pernah mengenal musim dingin dan musim panasseperti yang terjadi di negara lintang menengah dan tinggi karena memang variasi temperatur di wilayah Indonesia cukup kecil. Sebaliknya kita lebih mengenal musim hujan dan musim kering. Karena variasi curah hujan besar maka pada saat - saat tertentu Indonesia dapat mengalami kekeringan dengan musim kering yang panjang bersamaan dengan tahun El Nino seperti yang pernah terjadi pada tahun 1972, 1976, 1982, 1987, dan 1997. Hujan buatan dimaksudkan untuk mempercepat proses terjadinya hujan dengan harapan kita dapat mengatasi kekeringan panjang.

Keberadaan awan rendah dan kabut akan menimbulkan bahaya di lapangan terbang. Konsep pelenyapan awan oleh pembenihan hampir sama dengan metode peningkatan hujan. Partikel besar atau inti es diinjeksikan untuk menyapu tetes awan sehingga daerah tersebut menjadi cerah. Perak Iodida dan es kering telah digunakan dengan berhasil untuk mencerahkan cuaca mendung dan kabut garam, serta semprotan air telah dilakukan sejak awal 1938. Kabut es dalam musim dingin pada beberapa tempat dibagian utara bumi, juga merupakan masalah yang belum terpecahkan.

Dua alasan telah disampaikan untuk meredakan hujan es oleh pembenihan awan dengan inti es. Pertama, melibatkan pembekuan semua tetes kelewat dingin pada bagian atas awan cumulonimbus yang menghasilkan hujan es. Efeknya adalah dapat membasmi proses pertumbuhan akresional (pertambahan), serta dapat menghilangkan kemungkinan pembentukan batu es besar. Kedua, yaitu pada proses pembenihan yang lebih sederhana dalam pemakaian bahan dan melibatkan penambahan inti es hanya terbatas dalam daerah awan tempat batu es diperkirakan mempunyai kecepatan pertumbuhan maksimum. Ilmuwan Russia memperkirakan bahwa daerah ini adalah bagian dari atas awan dengan reflektivitas maksimum menurut pengamatan radar. Daerah dengan reflektivitas maksimum kemudian diberi benih dengan ledakan meriam yang bermuatan AgI dan dilaporkan berhasil melenyapkan hujan es. Akan tetapi penalaran keefektifan teknik ini belum jelas. 

Berbagai pendekatan dilakukan dengan menambah inti es pada daerah bawah yang diduga merupakan area arus vertikal. Daerah ini mengandung inti es alam atau partikel endapan, yaitu embrio batu es hujan. Hal yang menjadi keraguan bahwa dengan memasukkan inti buatan akan menyebabkan kompetisi yang cukup untuk persediaan air kelewat dingin yang ada sehingga tidak ada kemungkinan hujan es tumbuh menjadi besar. Semua usaha pendekatan ini dimaksudkan untuk emngubah batu es besar menjadi sejumlah batu es yang kecil. Batu es kecil ini mempunyai kesempatan melebur dengan sempurna pada waktu melewati isoterm 0oC sehingga sebelum mencapai tanah batu es mencair atau paling tidak akan mengurangi kerusakan dan kerugian yang disebabkan oleh batu es besar.


Sekian pembahasan kali ini tentang Teknologi Modifikasi Cuaca. Semoga Bermanfaat.

Berlangganan Artikel Terbaru

Share on Google Plus

About TEKNO ALDEBRAN

Blog berbagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi tentang Komputer, Mobile, Elektronika, Internet, Info Teknologi serta Tips dan Trik.